Lumajang. Siapa sih yang
kenal sama lumajang. Wah ini mungkin menjadi kata pedas buat kita semua
penduduk Lumajang. Ini adalah bentuk keprihatinan ku terhadap kabupaten
tempatku tinggal. Di luar sana Lumajang tidak dipandang apa sebagai kabupaten
yang waw. Orang lain di luar sana jarang yang mengetahui pasti tentang
Lumajang. Jangankan tentang apa saja yang ada dilumajang, keberadaannya pun
masih diragukan oleh sebagian orang. Bahkan kenyataan yang lebih pahit beberapa
temanku yang berasal dari luar kabupaten tapi tetap dalam satu provinsi jawa timur
tidak mengetahui keberadaan lumajang. Haduh parah banget kan?
Keperihatinanku sangat
memuncak ketika tadi aku melihat sendiri seni tari yang khas lumajang. Tetapi
aku tidak mengetahui itu. Dan aku yakin bahwa generasi muda lumajang banyak
yang belum mengetahui itu. Wah aku jadi malu dengan budayaku sendiri. Kalau
seperti ini keadaannya maka lambat laun kebudayaan asli ini akan tergerus jaman
dan hilang di telan peradaban. Mau kah kita terjadi seperti itu? Tentu tidak
kan?
Kebudayaan Misalnya tari glipang
tadi, batik lumajang, dan berbagai icon kabupaten lumajang terkubur dalam dalam
dari dunia informasi ini.
Lihat saja kalau bukan kita
yang mengatahuinya maka siapa lagi yang mau peduli. Taukah anda bahwa
keberadaan kota pisang lumajang masih belum banyak diketahui orang. Malah
sebaliknya predikat kabupaten lumajang yang dimanapun terdapat tumbuhan masih
belum diakui banyak orang disana karena pisang yang ada di Indonesia ini sangat
banyak dan tersebar di semua daerah bahkan di daerah lain. Ini diperparah lagi
bahwa produksi pisang lumajang semakin hari semakin merosot ke angka under
expectation :(
Miris bukan?
Sudah taukah anda tentang
batik lumajang? jika tidak tau jangan mengaku orang lumajang deh. Cintai produk
dari kalangan sendiri lah.
Lihat ini dulu.
Kerenkan batik Lumajang?
Silahkan anda datang ke spot
batik di Lumajang dan membelinya agar mereka pengrajin batik tetap hidup dan
terlestarikan.
Disini aku ingin menekankan
bahwa aku ingin dan tersadar untuk melestarikan itu. Dan gerakan ini semoga
juga disadari bagi kalangan yang berpikir sepertiku. Aku harap banyak yang
peduli. Minimal kalau tidak suka itu melihat agar bagi para penerus kebudayaan
tetap ada ranah untuk pertunjukkan dan menghidupkan kebudayaan yang ada.
Aku sempat berbincang bincang dengan para petinggi
kebudayaan di lumajang tadi ketika ada acara pagelaran seni. Ini ceritanya..
Aku banyak bertanya tentang
potensi budaya di lumajang itu seperti apa, langkah bapak untuk melestarikan
budaya lumajang, tetang eksistensi tari glipang, tentang semua duni budaya tari
yang berhubungan dengan kakakku yang memang lulusan universitas seni di
surabaya. Disini semangatku menuncak untuk melakaukan gerakan perubahan yang
mampu menjadi contoh bagi orang lain untuk melestarikan budaya ini.
Posting from http://hafidhmind.wordpress.com/2013/07/06/budaya-lumajang/
MAKANAN
1. Rujak
Cingur
Rujak cingur adalah salah satu makanan tradisional
yang mudah ditemukan di daerah Jawa Timur, terutama daerah asalnya Surabaya. Tetapi didaerah lain seperti Lumajang
Rujak cingur juga merupakan makanan khas. Dalam bahasa Jawa kata cingur berarti “mulut”, hal ini
merujuk pada bahan irisan mulut atau moncong sapi yang direbus dan dicampurkan
ke dalam hidangan. Rujak cingur biasanya terdiri dari irisan beberapa jenis
buah seperti timun, kerahi (krai, yaitu sejenis timun khas Jawa Timur),
bengkuang, mangga muda, nanas, kedondong, kemudian ditambah lontong, tahu,
tempe, bendoyo, cingur, serta sayuran seperti kecambah/taoge, kangkung,
dan kacang panjang. Semua bahan tadi dicampur dengan saus atau bumbu yang
terbuat dari olahan petis udang, air matang untuk sedikit mengencerkan,
gula/gula merah, cabai, kacang tanah yang digoreng, bawang goreng, garam, dan
irisan tipis pisang biji hijau yang masih muda (pisang klutuk). Semua
saus/bumbu dicampur dengan cara diulek, itu sebabnya rujak cingur juga sering
disebut rujak ulek.
Dalam penyajiannya rujak cingur
dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyajian ‘biasa’ dan ‘matengan’ (menyebut
huruf e dalam kata matengan seperti menyebut huruf e dalam kata:
seperti/menyebut/bendoyo). Penyajian ‘biasa’ atau umumnya, berupa semua
bahan yang telah disebutkan di atas, sedangkan ‘matengan’ (matang, Jawa) hanya
terdiri dari bahan-bahan matang saja; lontong, tahu goreng, tempe goreng, bendoyo
(kerahi yang digodok) dan sayur (kangkung, kacang panjang, taoge) yang telah
digodok. Tanpa ada bahan ‘mentah’nya yaitu buah-buahan, karena pada dasarnya
ada orang yang tidak menyukai buah-buahan. Keduanya memakai saus/bumbu yang
sama.
Porting from http://exstin.wordpress.com/2014/08/14/53/
Porting from http://exstin.wordpress.com/2014/08/14/53/
2. Kripik
Pisang
Lumajang identik dg pusat
keripik pisang di Jatim. Camilan keripik pisang “Cap Bola Dunia” yg saya
hadirkan ini adalah keripik pisang jawara di kelasnya,karena dah terdaftar di
DepKes setempat,selain enak,gurih,renyah dan tentu halal,di kemasan juga
tercantum tanggal kadaluwarsa,selain itu pisang agung berkualitas adalah bahan
baku andalan kami dlm mewujudkan keripik pisang agung oke ini.
Posting from http://arimbigroup.wordpress.com/
Posting from http://arimbigroup.wordpress.com/
CIRI KHAS
Lumajang
merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kabupaten Lumajang berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo (batas utara),
Kabupaten Jember (batas timur), Samudra Hindia/ Laut Selatan (batas selatan)
dan Kabupaten Malang (batas barat).
Lumajang
mempunyai gunung tertinggi di pulau Jawa yaitu gunung Semeru (3.676 mdpl).
Gunung Semeru sering digunakan untuk pendakian oleh masyarakat umum terutama
para pendaki dan pecinta alam. Gunung Semeru mempunyai panorama yang sangat
indah, dengan puncak Mahamerunya yang sangat menakjubkan. Gunung Semeru
mempunyai tiga ranu yaitu Ranu Pane, Ranu Kumbolo dan Ranu Regulo.
Lumajang
sendiri mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan kerajaan Majapahit. Lumajang
merupakan salah satu Negara hadiah dari Majapahit yang dikenal dengan sebutan
Negara Lamajang. Sejak 14 Dulkaidah 1165 atau tanggal 15 Desember 1255 M,
Negara Lamajang sudah mempunyai pemerintahan sendiri hingga sekarang. Tanggal
15 Desember itulah yang biasa dikenal dengan HARJALU (Hari Jadi Kota Lumajang).
Ciri khas yang
dimiliki oleh Lumajang selain gunung Semeru adalah Pisang Agung yang sangat
besar. Pisang ini tersebar luas di daerah Senduro, Ranuyoso dan Klakah. Ciri
khas lain adalah Pura Mandaragiri Semeru Agung yang banyak orang menyebutnya
“Naik Hajinya Orang Hindu se-Indonesia”. Pura yang mempunyai sebutan lain Pura
Kahyangan Jagat (tempat memuja Hyang Widhi Wasa), selalu ramai setiap harinya,
apalagi ketika ada kegiatan atau upacara keagamaan umat Hindu.
Lumajang yang
dikenal dengan kota kecil ini mulai berbenah dari tahun ke tahun. Prestasi demi
prestasi pun diperoleh, salah satunya adalah Adipura, yakni penghargaan
terhadap pengelolaan dan kebersihan lingkungan. Maka tak heran jika sampai saat
ini Lumajang kerap sekali mendapatkan adipura dari tahun ke tahun, serta
penghargaan Adiwiyata yang diperoleh oleh sekolah-sekolah di Lumajang. Maka
slogan Atib Berseri (Aman, Tertib, Bersih, Sehat Indah dan Asri) pun selalu bergaung
di Lumajang.
Lumajang adalah
kota yang bersih, sejuk dan menentramkan. Ayo mampir!
Posting from http://singgahlumajang.blogspot.com/p/profil.html
Posting from http://singgahlumajang.blogspot.com/p/profil.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar